Rabu, 09 April 2008

..de Javu

suatu sore..
dia menunggunya..diantara jatuhnya daun kering, di taman itu dia berjanji
akan datang setelah matahari condong ke barat, senja mulai menguning, dia ingin bertemu di taman ini, taman yang sudah dilupakan banyak orang. bangku tua dan ayunan dari besi sudah berdecit-decit tidak pernah kena minyak rem. Dia masih menantinya, sebuah buku menemaninya, dia suka jika kekasihnya melihat dia sedang membaca buku, sebuah puisi sepotong sudah dia siapkan, dia ingin kekasihnya yang meneruskan puisi ini, gaun hijau pupus sudah dia siapkan jauh-jauh hari, aku ingin terlihat anggun, batinnya. Matahari mulai berwarna jingga, kenapa kekasihnya belum juga terlihat, hatinya mulai gelisah, ah.. pasti dia datang, harapnya, bukankah di telepon kemarin dia bilang, aku janji aku datang, sudah sepekan matahari tengelam, aku tak melihatmu, seindahnya rinjani, atau seeksotisnya semeru lebih eksotis melihat siluetmu ketika senja. Hemmm.. perempuan itu tersipu, rona merah menyapu wajahnya, jika mengingat kata - kata itu maka kesabarannya makin bertambah...
tapi hari tidak mengenal kesabaran, matahari tetap meninggalkannya.. ketika gelap mulai menyergap, barulah dia beranjak, ah.. ungkin besok dia datang, hari ini, kereta yang membawanya dari surabaya mungkin terlambat datang, hemmm...andai dia orang yang suka dengan teknologi, mungkin aku tak akan semerana ini, batin perempuan ini.. dia akhirnya beranjak pergi. hatinya seperti tertinggal di taman, besok aku datang lagi..gumamnya. Sepasang mata mengawasinya dari jauh. Ini adalah hari ke 364 dia mengawasi perempuan yang menunggu senja di taman, perempuan itu selalu menghitung bahwa hari ini lah kekasihnya datang. Dia seperti selalu mengulang hari yang sama...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisannya bagus, karangan siapa tuh?